[BPIK] Model,Strategi,Metode dan keterampilan Pembelajaran
A. MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN
Model
pembelajaran merupakan cara penyajian yang digunakan guru
dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa model-model pembelajaran seperti
ceramah, diskusi, demonstrasi, studi kasus, bermain peran (role play)
dan lain sebagainya. Yang tentu saja masing-masing memiliki kelemahan dan
kelebihan. Metode/model sangat penting peranannya dalam pembelajaran, karena
melalui pemilihan model/metode yang tepat dapat mengarahkan guru pada kualitas
pembelajaran efektif.
Pengertian Model Pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara, contoh maupun pola, yang mempunyai tujuan
meyajikan pesan kepada siswa yang harus diketahui, dimengerti, dan
dipahami yaitu dengan cara membuat suatu pola atau contoh dengan bahan-bahan
yang dipilih oleh para pendidik/guru sesuai dengan materi yang diberikan dan
kondisi di dalam kelas. Suatu model akan mempunyai ciri-ciri tertentu dilihat
dari faktor-faktor yang melengkapinya. Ciri-ciri model pembelajaran Tahun
1950 di Amerika yang dipelopori oleh Marc Belt menemukan ciri-ciri dari
model-model pembelajaran, antara lain sebagai berikut :
a.
Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar
tertentu, misalnya model pembelajaran
inkuiri yang disusun oleh Richard Suchman dan dirancang untuk mengembangkan
penalaran didasarkan pada tatacara penelitian ilmiah. Model pembelajaran
kelompok yang disusun oleh Hebert Thelen yang dirancang untuk melatih
partisipasi dan kerjasama dalam kelompok didasarkan pada teori john Dewey.
b. Mempunyai
misi atau tujuan pendidikan tertentu.
c. Dapat
dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran di kelas.
d. Memiliki
perangkat bagian model yang terdiri dari:
Ø
urutan langkah pembelajaran,yaitu tahap-tahap yang
harus dilakukan oleh guru bila akan menggunakan model pembelajaran tertentu.
Ø
prinsip reaksi, yaitu pola perilaku guru dalam
memberikan reaksi terhadap perilaku siswa dalam belajar.
Ø
sistem sosial, adalah pola hubungan guru dengan siswa
pada saat mempelajari materi pelajaran. ada tiga pola hubungan dalam sistem
sosial yaitu tinggi, menengah, dan rendah. pola hubungan disebut tinggi apabila
guru menjadi pemegang kendali dalam pembelajaran. pola hubungan disebut
menengah apabila guru berperan sederajat dengan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. pola hubungan disebut rendah apabila guru memberikan
kebebasan kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Ø
sistem pendukung adalah penunjang keberhasilan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas misalnya media dan alat peraga.
e. Memiliki dampak sebagai akibat
penerapan model pembelajaran baik dampak langsung dengan
tercapainya tujuan pembelajaran, maupun dampak tidak langsung
yang berhubungan dengan hasil belajar jangka panjang. Menurut
Komaruddin (2000) bahwa model belajar dapat diartikan sebagai
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan. Model dapat dipahami sebagai : (1) suatu tipe atau desain (2)
suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu
yang tidak dapat dengan langsung diamati, (3) suatu sistem asumsi-asumsi,
data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara
matematis suatu obyek peristiwa ;(4) suatu desain yang disederhanakan dari
suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5)
suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan (6)
penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukan sifat
bentuk aslinya.
Atas dasar pengertian tersebut, maka
model dalam pembelajaran dapat dipahami sebagai model pembelajaran
merupakan suatu rancangan yang telah diprogram melalui media media
peraga dalam membantu untuk memvisualisasikan pesan yang
terkandung didalamnya untuk mencapai tujuan belajar sebagai pegangan dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Joyce dan Weil (2000)mengatakan ada empat
kategori yang penting diperhatikan dalam model mengajar yaitu Model
Informasi, model personal, model interaksi, dan model tingkah laku. Model
mengajar yang telah dikembangkan dan di tes keberlakuannya oleh para pakar
pendidikan dengan mengklasifikasikan model pembelajaran pada empat
kelompok yaitu:
1.
Model
pemrosesan informasi (information Procesisng Models) menjelaskan
bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya
dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan
masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah
serta penggunaan simbol-simbol verbal dan non verbal. Model
ini memberikan kepada pelajar sejumlah konsep, pengetesan hipotesis,
dan memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Model
pengelolaan informasi ini secara umum dapat diterapkan pada sasaran
belajar dari berbagai usia dalam mempelajari individu dan masyarakat.
Karena itu model ini potensial untuk digunakan dalam mencapai tujuan
yang berdimensi personal dan sosial disamping yang berdimensi intelektual.
Adapun model-model pemrosesan menurut Tom Final din (2001) terdiri atas:
a.
Model Berfikir Induktif
Tokohnya adalah Hilda Taba. Tujuan
dari model ini adalah untuk mengembangkan proses mental induktif dan
penalaran akademik atau pembentukan teori. Kemampuan-kemampuan ini berguna
untuk tujuan-tujuan pribadi dan sosial.
b.
Model inkuiri Ilmiah
Tokohnya adalah Joseph J. Schwab.
Model ini bertujuan mengajarkan sistem penelitian dari suatu
disiplin tetapi juga diharapkan untuk mempunyai efek
dalam kawasan-kawasan lain (metode-metode sosial mungkin diajarkan
dalam upaya meningkatkan pemahaman sosial dan pemecahan masalah sosial).
c.
Model penemuan konsep
Tokohnya, Jerome Brunet. Model ini
memiliki tujuaan untuk mengembangkan penalaran induktif serta perkembangan
dan analisis konsep.
d.
Model pertumbuhan kongnitif
Tokohnya, Jean Pieget, Irving sigel,
Edmund Sulivan, dan Laawrence Kohlberg, tujuannya adalah
untuk meningkatkan perkembangan intelektual, terutama penalaran
logis, tetapi dapat pula diterapkan pada perkembangan sosial moral.
e.
Model penata lanjutan
Tokohnya, David ausebel. Tujuannya
untuk me-ningkatkan efisiensi kemampuan pemrosesan informasi guna menyerap
dan mengkaitkan bidang bidang pengetahuan.
f.
Model memori
Tokohnya, harry Lorayne & Jerry
Lucas. Model ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengingat
2.
model personal
(personal family) merupakan rumpun model pembelajaran yang menekankan kepada
proses pengembangan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan
kehidupan emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk
memungkinkan seseorang dapat memahami dirinya dengan baik, memikul tanggung
jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang
lebih baik. Model ini memusatkan perhatian keada
pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang
produktif. Sehingga diharapkan Smanusia menjadi semakin sadar diri dan
bertanggung jawab atas tujuannya. Adapun tokoh-tokohnya adalah:
a. model
pengajaran nondirektif
Tokohnya, Carl Rogers. Tujuan dari
model ini adalah membentuk kemampuan untuk perkembangan pribadi dalam
arti kesadaran diri, pemahaman diri, kemandirian, dan konsep diri.
b. Model latihan
kesadaran
Tokohnya adalah fritz Peris dan
William schultz tujuannya adalah meningkatkan kemampuan
seseorang untuk eksplorasi diri dan kesadaran diri. Banyak me-nekankan
pada perkembangan kesadaran dan pemahaman antar pribadi.
c. Model
sinektik
Tokohnya adalah William Gordon model
ini bertujuan untuk mengembangkan pribadi dalam kreativitas dan pemecahan
masalah kreatif.
d. Model
sistem-sistem konseptual
Tokohnya adalah, David Hunt
tujuannya adalah me-ningkatkan kekompleksan dan keluwesan pribadi.
e. Model
pertemuan kelas
Tokohnya adalah William Glasser.
Bertujuan untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri dan
kelompok sosial.
3. Model sosial (social family) menekankan
pada usaha mengembangkan kemampuan siswa agar memiliki ke-cakapan untuk
berhubungan dengan orang lain sebagai usaha membangun sikap siswa yang
demokratis dengan menghargai setiap perbedaan dalam realitas sosial. Inti
dari sosial model ini adalah konsep sinergi yaitu energi atau
tenaga (kekuatan) yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu
fenomena kehidupan masyarakat. Dengan menerapkan model sosial,
pembelajaran di arahkan pada upaya melibatkan peserta didik dalam
menghayati, mengkaji, menerapkan dan menerima fungsi dan peran sosial.
Model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama, membimbing para
siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai
masalah, mengumpulkan data yang relevan, dan mengembangkan serta
mengetes hipotesis, oleh karena itu guru, seyogianya
mengajarkan proses demokratis secara langsung jadi pendidikan
harus diorganisasikan dengan cara melakukan penelitian bersama (cooperative
inquiry) terhadap masalah-masalah sosial dan masalah-masalah akademis.
4. Model sistem perilaku dalam pembelajaran (behavioral Model
of Teaching) dibangun atas dasar kerangka teori perubahan
perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah
belajaar melalui penguraian perilaku kedalam jumlah yang kecil dan
berurutan.
Dari beragam
pernyataan-pernyatan mengenai model pembelajaran
diatas menunjukan bahwa berbagai banyak cara untuk menerapkan pembelajaran
efektif dan efisien. Dengan semikian, melalui pendekatan-pendekatan
tersebut diharapkan guru dapat memilih pendekatan mana yang sesuai
dengan kebutuhan siswa dalam kondisi yang ada saat ini. Intinya
para guru harus bisa menyesuaikan dengan situasi didalam kelas
dan suasana hati siswa dalam proses pembelajaran. Jika hal
tersebut dapat dilakukan oleh guru secara tepat dan kontinyu,
proses pembelajaran di kelas akan dirasakan menyenangkasn baik oleh guru
maupun murid.
A. STRATEGI
PEMBELAJARAN
Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam
mencapai tujuan. Strategi berbeda dengan metode, strategi menunjuk pada sebuah
perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat
digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain, strategi adalah a
plan of operation achieving something; Sedangkan metode adalah a way in
achieving something.
Beberapa ahli pendidikan, memberikan pengertian strategi pembelajaran
dengan beragam, yaitu:
Dewi Salma Prawiradilaga. Strategi pembelajaran adalah upaya yang dilakukan
oleh perancang dalam menentukan tehnik penyampaian pesan, penentuan metode, dan
media, alur isi pelajaran, serta interaksi antara pengajar dan peserta didik.
Wina Sanjaya. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
Made Wena. Kata strategi berarti cara dan seni menggunakan sumber daya
untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran berarti upaya membelajarkan
peserta didik. Dengan demikian, strategi pembelajaran berarti cara dan seni
untuk menggunakan semua sumber bel ajar dalam upaya membelajarkan peserta
didik.
Mansur Muslih. Strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir
guru dalam mengajar.
Dari beberapa pengertian strategi pembelajaran, disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan, dengan
mengintegrasikan urutan kegiatan, peralatan dan bahan serta waktu yang digunakan
dalam proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan secara aktif dan efisien.
Strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi enam, yaitu:
a.
Strategi pembelajaran langsung
Strategi pembelajaran langsung
merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Bahan pelajaran
disajikan dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut.
pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif.
b.
Strategi pembelajaran tak langsung
Strategi ini sering disebut inkuiri,
induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penemuan. Pembelajaran
berpusat pada peserta didik, guru hanya sebagai fasilitator, dan pengelola
lingkungan belajar, peserta didik diberi kesempatan untuk terlibat aktif dalam
proses pembelajaran.
c.
Strategi pembelajaran interaktif
Pembelajaran ini menekankan pada
diskusi dan sharing diantara peserta didik. Diskusi dan sharing memberi
kesempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman,
pendekatan, pengetahuan guru atau teman sebaya serta untuk membangun cara
berfikir dan merasakan.
d.
Strategi pembelajaran empiric (experiential)
Pembelajaran empirik berorientasi
pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas.
e.
Strategi pembelajaran mandiri
Strategi pembelajaran mandiri
merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif
individu, kemandirian, dan peningkatan diri.
B. METODE PEMBELAJARAN
1.
Metode
Ceamah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada
sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah
yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah,
dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong
timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
2.
Metode
Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta
atau lebih untuk berinteraksi saling
bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan
masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang
menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif
(Gagne & Briggs. 1979: 251).
Menurut
Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode
diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan
memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode
diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah
lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode
diskusi.
3.
Metode Simulasi
Metode simulasi
merupakan salah satu metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran
kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan simulasi cenderung objeknya
bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang
bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas
tinggi di Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran, siswa akan dibina kemampuannya
berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok.
Disamping itu, dalam metode simulasi siswa diajak untuk bermain peran beberapa
perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Ada beberapa jenis model
simulasi di antaranya, yaitu:
1. Bermain peran (role
playing)
Dalam proses pembelajarannya metode ini mengutamakan pola permainan dalam
bentuk dramatisasi. Dramatisasi dilakukan oleh kelompok siswa dengan mekanisme
pelaksanaan yang diarahkan oleh guru untuk melaksanakan kegiatan yang telah
ditentukan / direncanakan sebelumnya. Simulasi ini lebih menitik beratkan pada
tujuan untuk mengingat atau menciptakan kembali gambaran masa silam yang
memungkinkan terjadi pada masa yang akan datang atau peristiwa yang aktual dan
bermakna bagi kehidupan sekarang.
2. Sosiodrama
Dalam pembelajarannya yang dilakukan oleh kelompok untuk melakukan
aktivitas belajar memecahkan masalah yang berhubungan dengan masalah individu
sebagai makhluk sosial. Misalnya, hubungan anak dan orangtua, antara siswa
dengan teman kelompoknya.
3. Permainan simulasi (Simulasi games)
Dalam pembelajarannya siswa bermain peran sesuai dengan peran yang
ditugaskan sebagai balajar membuat suatu keputusan.
A. Karakteristik Metode Simulasi
Metode mengajar simulasi banyak digunakan pada pembelajaran IPS, PKn,
Pendidikan Agama, dan Pendidikan Apresiasi. Pembinaan kemampuan bekerjasama,
komunikasi dan interaksi merupakan bagian dari keterampilan yang akan dihasilkan
melalui pembelajarn simulasi. Metode mengajar simulasi lebih banyak menuntut
aktivitas siswa sehingga metode simulasi sebagai metode yang berlandaskan pada
pendekatan CBSA dan keterampilan proses.
Disamping itu, metode ini dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis
konstektual, salah satu contoh bahan pembelajaran dapat diangkat dari kehidupan
sosial, nilai-nilai sosial maupun permasalahan-permasalahan sosial yang aktual
maupun masa lalu untuk masa yang akan datang. Permasalahan- permasalahan yang
berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan sosial maupun membentuk sikap atau
perilaku dapat dilakukan melalui pembelajaran ini.
Langsung maupun tidak langsung melalui simulasi kemampuan siswa yang
berkaitan dengan bermain peran dapat dikembangkan. Siswa akan menguasai konsep
dan keterampilan intelektual, sosial, dan motorik dalam bidang-bidang yang
dipelajarinya serta mampu belajar melalui situasi tiruan dengan sistem umpan
balik dan penyempurnaan yang berkelanjutan.
B. Prosedur
Prosedur metode simulasi yang harus ditempuh dalam pembalajaran adalah
sebagai berikut:
1.
Menetapkan topik simulasi yang diarahkan oleg guru
2.
Menetapkan kelompok dan topik-topik yang akan dibahas
3.
Simulasi diawali dengan petunjuk dari guru tentang prosedur, teknik, dan
peran yang dimainkan
4.
Prose pengamatan terhadap proses, peran, teknik, dan prosedur dapat dilakukan
dengan diskusi.
5.
Kesimpulan dan saran dari kegiatan simulasi
Menurut Suwarna, M.Pd Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam melaksanakan
simulasi alah:
a.
Menentukan topik serta tujuan yang ingin dicapai
b.
Memberikan gambaran tentang situasi yang akan disimulasikan
c.
Membentuk kelompok dan menentukan peran masing-masing
d.
Menetapkan lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi
e.
Melaksanakan simulasi
f.
Melakukan penilaian
C. Prasyarat yang mengoptimalkan Pembelajaran
Simulasi
Untuk menunjang efektivitas penggunaan metode simulasi perlu dipersiapkan
kemampuan guru meupun kondisi siswa yang optimal. Dibawah ini dijelaskan
tentang kemampuan guru dan kondisi siswa guna mendukung efektivitas metode
simulasi dalam pembelajaran.
Kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang metode simulasi di
antaranya:
a.
Mampu membimbing siswa dalam mengarahkan teknik, prosedur, dam peran yang akan
dilakukan dalam simulasi.
b.
Mampu memberikan ilustrasi
c.
Mampu menguasai pesan yang dimaksud dalam simulasi tersebut.
d.
Mampu mengamati secara proses simulasi yang dilakukan oleh siswa
Adapun kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan dalam penerapan
metode simulasi adalah:
a.
Kondisi, minat, perhatian dan motivasi siswa dalam bersimulasi
b.
Pemahaman terhadap pesan yang akan menstimulasikan
c.
Kemampuan dasar berkomunikasi dan berperan
D. Keunggulan
Beberapa keunggulan penggunaan metode simulasi diantaranya adalah:
a. Siswa dapat
melaksanakan interaksi sosial dan kominikasi dalam kelompoknya.
b. Aktivitas siswa
cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat langsung dalam pembelajaran.
c. Dapat mebiasakan
siswa untuk memahami permasalahan sosial , hal ini dapat dikatakan sebagai
implementasi pembelajaran yang berbasis konstekstual
d. Melalui kegiatan
kelompok dalam simulasi dapat membina hubungan personal yang positif
e. Dapat
membangkitkan imajinasi
f. Membina
hubungan komunikatif dan kerjasama dalam kelomok
E. Kelemahan
Namun demikian, dalam metode simulasi masih tetap ada kelemahan atau
kendala-kendala yang kemungkinan perlu diantisipasi oleh para guru jika
akan menerapkan metode ini, diantaranya adalah:
a. Relatif memerlukan waktu yang
cukup banyak
b. Sangat bergantung pada aktivitas siswa
c.
Cenderung memerlukan pemanfaatan sumber belajar.
d.
Banyak siswa yang kurang menyenangi simulasi sehingga simulasi tidak efektif.
4.
Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
a. Pengertian Metode Pemecahan Masalah (Problem
Solving)
Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan
mendorong peserta didik untuk mencari dan memecahkan suatu masalah/persoalan
dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Metode ini diciptakan seorang ahli
didik berkebangsaan Amerika yang bernama Jhon Dewey. Metode ini dinamakan Problem
Method. Sedangkan Crow&Crow dalam bukunya Human Development and
Learning, mengemukakan nama metode ini dengan Problem Solving Method.
Sebagai prinsip dasar dalam metode ini adalah perlunya aktifitas dalam
mempelajari sesuatu. Timbulnya aktifitas peserta didik kalau sekiranya guru
menjelaskan manfaat bahan pelajaran bagi peserta didik dan masyarakat.
Dalam bukunya “school and society” John Dewey mengemukakan bahwa keaktifan
peserta didik di sekolah harus bermakna artinya keaktifan yang disesuaikan
dengan pekerjaan yang biasa dilakukan dalam masyarakat.Alasan penggunaan metode
problem solving bagi peneliti adalah dengan penggunaan metode problem solving
siswa dapat bekerja dan berpikir sendiri dengan demikian siswa akan dapat
mengingat pelajarannya dari pada hanya mendengarkan saja.
Untuk memecahkan suatu masalah John Dewey mengemukakan sebagai berikut:
1. Mengemukakan persoalan/masakah. Guru
menghadapkan masalah yang akan dipecahkan kepada peserta didik.
2. Memperjelas persoalan/masalah. Masalah tersebut
dirumuskan oleh guru bersama peserta didiknya.
3. Melihat kemungkinan jawaban peserra didik
bersama guru mencari kemungkinan-kemungkinan yang akan dilaksanakan dalam
memecahkan persoalan.
4. Mencobakan kemungkinan yang dianggap
menguntungkan. Guru menetapkan cara pemecahan masalah yang dianggap paling
tepat.
5. Penilaian cara yang ditempuh dinilai, apakah
dapat mendatangkan hasil yang diharapkan atau tidak.
b. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode
Pemecahan Masalah (Problem Solving)
1. Persiapan
a. Bahan-bahan yang akan dibahas terlebih
dahulu disiapkan oleh guru.
b. Guru menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan
sebagai bahan pembantu dalam memecahkan persoalan.
c. Guru memberikan gambaran secara umum
tentang cara-cara pelaksanaannya.
d. Problem yang disajikan hendaknya jelas dapat
merangsang peserta didik untuk berpikir.
e. Problem harus bersifat praktis dan sesuai
dengan kemampuan peserta didik
2. Pelaksanaan
a. Guru menjelaskan secara umum tentang
masalah yang dipecahkan.
b. Guru meminta kepada peserta didik untuk
mengajukan pertanyaan tentang tugas yang akan dilaksanakan.
c. Peserta didik dapat bekerja secara
individual atau berkelompok.
d. Mungkin peserta didik dapat menemukan
pemecahannya dan mungkin pula tidak.
e. Kalau pemecahannya tidak ditemukan oleh
peserta didik kemudian didiskusikan mengapa pemecahannya tak ditemui.
f. Pemecahan masalah dapat dilaksanakan
dengan pikiran.
g. Data diusahakan mengumpulkan
sebanyak-banyaknya untuk analisa sehingga dijadikan fakta.
h. Membuat kesimpulan.
3. Keuntungan
Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
a. Melatih peserta didik untuk menghadapi
problema-problema atau situasi yang timbul secara spontan.
b. Peserta didik menjadi aktif dan berinisiatif
sendiri serta bertanggung jawab sendiri.
c. Pendidikan disekolah relevan dengan
kehidupan.
4. Kelemahan
Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
a. Memerlukan waktu yang lama
b. Murid yang
pasif dan malas akan tertinggal
c. Sukar sekali
untuk mengorganisasikan bahan pelajaran.
d. Sukar sekali menentukan masalah yang benar-benar
cocok dengan tingkat kemampuan peserta didik.
5.
Metode
Pembelajaran Kelompok
etode pembelajaran adalah teknik penyajian pelajaran
yang dipergunakan guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada
siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan
digunakan siswa dengan baik. Ada berbagai macam teknik penyajian dari yang
tradisional yang telah dipergunakan sejak dulu sampai dengan pada teknik modern
yang dipergunakan sekarang ini. Teknik pembelajaran kelompok merupakan salah
satu strategi belajar mengajar, di mana siswa di dalam kelas dipandang sebagai
suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok
terdiri dari 3 sampai dengan 5 siswa, mereka bekerjasama dalam memecahkan
masalah atau melaksanakan tugas tertentu dan berusaha mencapai tujuan
pengajaran yang telah ditentukan guru. Kerja kelompok adalah kegiatan
sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk
kepentingan belajar, di mana keberhasilan kelompok ini menuntut kegiatan yang
kooperatif dari individu anggota kelompok tersebut (Robert L. Cilstrap dan
William R. Martin dalam Roestiyah 2001:45).
Sedangkan Dimyati dan Mudjiono
(2002:34) mengemukakan kerja kelompok berarti kerja kepemimpinan dan
keterpimpinan yang perlu dipelajari siswa untuk bekal dalam kehidupannya
nanti”. Selanjutnya secara lebih lengkap Burton (Nasution 2000:56) menjelaskan
“kerja kelompok ialah cara individu mengadakan relasi dan kerjasama dengan
individu lain untuk bekerja sama. Relasi di dalam kelompok demokratis artinya
setiap individu berpartisipasi, ikut serta secara aktif dan turut bekerjasama,
sehingga individu akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan mengalami
perubahan sikap”. Keuntungan yang diperoleh dari adanya pembelajaran dengan
pendekatan kelompok adalah sebagai berikut. a) siswa bertanggung jawab terhadap
proses belajarnya, terlibat secara aktif dan memiliki usaha yang lebih besar
untuk berprestasi, b) siswa mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi
dan berfikir kritis dan c)
terjadinya hubungan yang positif antar siswa.
Dengan demikian pembelajaran
kelompok berhubungan dengan proses belajar yang dilakukan siswa secara
bersama-sama melalui komunikasi interaktif dengan dipimpin oleh seorang
pemimpin untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi sehubungan dengan materi
pelajaran.
Untuk membentuk manusia demokratis
harus ditekankan pelaksanaan kerjasama atau kerja kelompok, karena menurut para
ahli pendidikan prinsip kerjasama lebih banyak faedahnya daripada sistem
persaingan. Nasution (2000:34) mengemukakan beberapa manfaat dari kerja
kelompok sebagai berikut.
a. Mempertinggi hasil belajar, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif.
b. Keputusan kelompok lebih mudah diterima
setiap anggota, bila mereka turut memikirkan dan memutuskan bersama-sama.
c. Mengembangkan perasaan sosial dan
pergaulan sosial yang baik.
d. Meningkatkan rasa percaya diri anggota
kelompok.
Sedangkan Roestiyah (2001:32)
keuntungan menggunakan teknik kerja kelompok adalah : a) mengembangkan
keterampilan bertanya, b) siswa lebih intensif dalam melakukan penyelidikan, c)
mengembangan bakat kepemimpinan, d) guru lebih memperhatikan siswa, e) siswa
lebih aktif, dan f) mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar siswa.
Selanjutnya Mudjiono (2002:3) menjelaskan “pembelajaran kelompok kecil
merupakan perbaikan dari kelemahan pengajaran klasikal”. Adapun pada
pembelajaran kelompok kecil mempunyai tujuan : a) memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, b)
mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong royong dalam kehidupan, c)
mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar, sehingga setiap anggota merasa
diri sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab dan d) mengembangkan
kemampuan kepemimpinan-kepemimpinan pada setiap anggota kelompokj dalam
pemecahan masalah kelompok.
Berdasarkan hal-hal yang telah
dikemukakan dapat diperoleh beberapa ciri yang menonjol dalam pembelajaran
secara kelompok, yaitu : a) siswa sadar sebagai anggota kelompok, b) siswa
memiliki tujuan bersama, c) siswa memiliki rasa saling membutuhkan, d)
interkasi dan komunikasi antar anggota, e) ada tindakan bersama dan
f) guru bertindak sebagai fasilitator, pembimbing dan pengendali ketertiban
kerja.
6.
Metode
Pembelajaran Studi Kasus
Metode
ini berbentuk penjelasan tentang masalah, kejadian, atau situasi tertentu
kemudian siswa ditugasi mencari alternative pemecahannya. Kemudiaan metode ini
dapat juga digunakan untuk mengembangkan berfikir kritis dan menemukan solusi
baru darisuatutopicyangdipecahkan.
Metode ini dapat dikembangkan atau diterapkan pada siswa,manakala siswa memiliki pengetahuan awal tentang masalah ini.
Metode ini dapat dikembangkan atau diterapkan pada siswa,manakala siswa memiliki pengetahuan awal tentang masalah ini.
Meode
ini memiliki keterbatasan sebagai berikut:
a. Mendapat
kasus yang telah ditulis dengan baik sebagai hasil penelitian lapangan dan
sesuai dengan lingkungan kehidupan siswa.
b. Mengembangkan
kasus sangat mahal.
7.
Metode
Pembelajaran Bermain
Pengertian
Metode Bermain Peran Menurut para Ahli:
Bermain peran atau istilah
Inggrisnya role-playing adalah metode atau strategi pembelajaran yang
termasuk ke dalam kelompok model pembelajaran sosial (social models).
Metode pembelajaran bermain peran menekankan pada sifat sosial pembelajaran dan
memandang bahwa perilaku kooperatif dapat merangsang siswa baik secara sosial
maupun intelektual.
Joyce, B. R., & Weil, M. 2000. Role Playing; Studying Social Behavior
and Values. In Models of Teaching. Allyn and Bacon.
8.
Metode Pembelajaran Berdebat
1. Pengertian
Debat
1) Debat adalah kegiatan adu argumentasi
antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam
mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak
dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di
negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan
menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui
voting atau keputusan juri. (sumber: id.wikipedia.org).
2) Debat adalah suatu diskusi
antara dua orang atau lebih yang berbeda pandangan, dimana antara satu pihak
dan pihak yang lain saling menyerang. (sumber : eduscpes.com)
3) Debat terjadi di mana unsur
emosi banyak berperan. Para peserta di sini lebih banyak hanya hendak
mempertahankan pendapatnya dan hanya ada sedikit ruangan dalam batinnya, kalau
ada, untuk mendengar dengan baik pendapat orang lain. Suasana menjadi ‘ramai’
dan sifat diskusi yang damai tidak terjadi. Masing-masing peserta hanya mau
‘mendengar’ pendapatnya sendiri-sendiri dan berkehendak agar supaya peserta
lain menyetujui pendapatnya. Jadi ada unsur pemaksaan kehendak. (sumber :
krishnamurti.or.id)
4) Debat adalah aktivitas utama
dari masyarakat yang demonstratic (sumber : pbs.org)
5) Debat adalah sebuah kontes
antara dua orang atau grup yang mempresentasikan tentang argument mereka dan
berusaha untuk mengembangkan argument dari lawan mereka. (sumber:
triviumpursuit.com)
2. Langkah-langkah
1)Langkah-langkah Model Debat
1. Guru
Membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainya kontra.
2. Guru
memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok
diatas.
3. Setelah
selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggotanya. Kelompok pro untuk
berbicara saat itu ditanggapi atau dibahas oleh kelompok kontra demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4. Sementara
siswa menyampaikan gagasannya guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan
di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi.
5. Guru
menambahkan konsep/ide yang belum terungkap.
6. Dari
data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman
yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
2) Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Model Debat
Pembukaan
Guru menyampaikan apresepsi dan motivasi tentang
materi pelajaran terdahulu yaitu keseimbangan ekosistem bagian Penebangan dan
pembakaran hujan melalui tanya jawab. Kemudian guru memotivasi pentingnya
materi yang akan dipelajari serta memberi contoh dalam kegiatan sehari-hari
yang berhubungan dengan keseimbangan ekosistem.
Kegiatan Pokok
Guru menulis tujuan pembelajaran tentang
‘Ekosistem” kemudian menjelaskan bahan belajar tentang keseimbangan ekosistem.
Guru memberi contoh beberapa tindakan yang merusak keseimbangan ekosistem dalam
lingkungan, seperti kebakaran dan penggundulan hutan. Siswa membuat contoh
lainnya.
Guru membuat sebuah pernyataan yang kontroversi
terhadap materi yang telah disampaikan yaitu adanya “penggunaan pestisida pada
tanaman”. Beberapa siswa diminta pendapatnya hingga teridentifikasi ada 2
pendapat, yaitu pendapat yang setuju dan tidak setuju dengan penggunaan
pestisida pada tanaman. Kemudian guru membagi kelas menjadi 2 kelompok. Satu
kelompok sebagai kelompok “PRO” atau pendukung pernyataan setuju, sementara
satu kelompok yang lain adalah sebagai kelompok KONTRA atau kelompok yang
menolak pernyataan tersebut atau tidak setuju.
Guru memandu debat antara kelompok setuju
dan tidak setuju digunakan pestisida dalam tanaman. Masing-masing kelompok
memberikan alasan secara terbuka dan kelompok lain dapat membantah atau
memberikan alan yang bertentangan. Hingga diperoleh kesimpulan bahwa
penggunakan pestisida memang perlu tetapi jika berlebihan akan merugikan
lingkungan.
Debat diakhiri dengan menunjukkan alasan dan
pertimbangan masing-masing kelompok mengapa setuju dan tidak setuju terjhadap
penggunaan pestisida pada tanaman.
http://rumahdesakoe.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-debat.html
9.
Metode
Pembelajaran Inquiri
Metode inkuiri adalah suatu cara menyampaikan
pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis,
analisis, dan argumentative (ilmiah) dengan menggunakan langkah-langkah
tertentu menuju kesimpulan.
Metode inkuiri memberikan perhatian dalam mendorong
diri siswa mengembangkan masalah. Sudyna (1986:21) mengemukakan bahwa inkuiri
adalah metode mengajar yang meletakkan dan mengembangkan cara berfikir ilmiah.
Metode inkuiri merupakan metode discovery artinya
suatu proses mental yang lebih tingkatannya (Anita, 2001:1-4). Upaya
mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan yang dibutuhkan siswa untuk
membantu memecahkan masalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
memperoleh jawaban atas dasar rasa ingin tahu merupakan bagian proses inkuiri.
Keterlibatan aktif secara mental dalam kegiatan belajar yang sebenarnya.
Inkuiri secara kooperatif memperkaya cara berpikir siswa dan mendorong mereka
hakekat timbulnya pengetahuan tentative dan berusaha menghargai penjelasan.
Inkuiri atau penemuan adalah proses mental dimana siswa
mengasimilasi suatu konsep atau prinsip, misalnya mengamati, menggolongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan dan sebagainya
(Oemar Hamalik, 2001:219). Penemuan yang dilakukan tentu saja bukan penemuan
yang sesungguhnya, sebab apa yang ditemukan itu sebenarnya sudah ditemukan
orang lain. Jadi penemuan disins adalah penemuan pura-pura atau penemuan siswa
yang bersangkutan saja.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode inkuiri adalah suatu cara menyampaikan pelajaran yang meletakkan dan mengembangkan cara berfikir ilmiah dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip, misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode inkuiri adalah suatu cara menyampaikan pelajaran yang meletakkan dan mengembangkan cara berfikir ilmiah dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip, misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan dan sebagainya.
Langkah-langkah dalam proses inkuiri
Langkah-langkah dalam
proses inkuiri adalah (Sagala, 2003:97):
1. Menyadarkan peserta didik bahwa
mereka memiliki keingintahuan terhadap sesuatu.
2. Perumusan masalah yang harus
dipecahkan peserta didik.
3. Menetapkan jawaban sementara atau
hipotesis.
4. Mencari informasi, data, fakta yang
diperlukan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis.
5. Menarik kesipulan jawaban atau
generalisasi.
6. Mengaplikasikan kesimpulan atau
generalisasi dari situasi baru.
Strategi pelaksanaan metode inkuiri
Strategi pelaksanaan
metode inkuiri adalah sebagai berikut (Mulyasa 2006:235):
1. Guru memberikan penjelasan, instruksi
atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan. Sebelum memulai pelajaran
guru guru harus memahami sejauh mana peserta didik memiliki persepsi terhadap
materi tersebut. Kemudian guru dan peserta didik bersama-sama membandingkan
persepsi dengan berbagai pendapat atau teori yang sudah ada.
2. Guru memberikan tugas kepada peserta
didik untuk membaca atau menjawab pertanyaan serta pekerjaan rumah.
3. Guru memberikan penjelasan terhadap
persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik.
4. Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta
yang telah mereka pelajari agar dapat dipahami.
5. Guru memberikan penjelasan informasi sebagai
pelengkap dan ilustrasi terhadap data yang telah disajikan.
6. Mendiskusikan aplikasi dan melakukan
sesuai dengan informasi tersebut.
7. Merangkum dalam bentuk rumusan
sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Kelebihan dan kelemahan metode inkuiri
Kelebihan metode inkuiri
sebagai berikut :
1. Siswa aktif dalam kegiatan
belajar.
2. Membangkitkan motivasi belajar
siswa.
3. Siswa memahami benar bahan
pelajaran.
4. Menimbulkan rasa puas bagi siswa dan
menambah kepercayaan pada diri sendiri menjadi penemu.
5. Siswa akan dapat mentransfer
pengetahuannya dalam berbagai konteks.
6. Melatih siswa belajar mandiri.
Kelemahan metode inkuiri sebagai berikut :
1. Menyita waktu banyak.
2. Cara belajar ini diperlukan adanya
kesiapan mental.
3. Tidak semua siswa dapat melakukan
penemuan.
4. Tidak berlaku untuk semua
topic.
5. Metode ini kurang berhasil untuk
mengajar kelas yang besar, karena sangat merepotkan guru.
10. Metode
Pembelajaran Grafik
Model pembelajaran grafik adalah model pembelajaran yang
menggunakan media kartu teka-teki yang berpasangan dengan kartu jawaban
teka-teki. Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa menjodohkan
kartu soal teka-teki dengan kartu jawaban yang tepat. Melalui permainan tebak
kata, selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga memudahkan dalam
menanamkan konsep pelajaran IPS dalam ingatan siswa. Jadi, guru mengajak siswa
untuk bermain tebak kata dengan menggunakan media kartu dari kertas karton
dalam mata pelajaran IPS
Model pembelajaran
Tebak Kata merupakan salah satu model pembelajaran Cooperative Lerning, dengan
proses pembelajaran yang menarik agar siswa menjadi berminat atau tertarik
untuk belajar, mempermudah dalam menanamkan konsep-konsep dalam ingatan siswa.
Selain itu siswa juga diarahkan untuk aktif, yaitu siswa atau peserta didik
mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakangagasan.
11. Metode Pembelajaran Fakta, Konsep
dan Generalisasi
Metode
yang dapat menyimpulkan sesuatu atau beberapa peristiwa yang pernah terjadi,
apabila ditarik suatu kesimpulan terhadap informasi harus didukung dengan
fakta-fakta yang ada untuk memberikan pembuktian terhadap kebenaran suatu
informasi.
Metode
pembelajaran yang diawali dengan fakta, selanjutnya membentuk suatu konsep dan
dari konsep-konsep membuat suatu generalisasi. Memahami ketiga unsur tersebut
sangatlah penting, karena untuk membentuk suatu teori dalam ilmu pengetahuan
tidak akan terlepas dari unsur fakta, konsep, dan generalisasi.
Tugas
guru mengembangkan pengertian konsep dan generalisasi ini dan bersamaan dengan
itu juga mengembangkan kemampuannya untuk mengenal konsep-konsep esensial dan
konsep-konsep lainnya dan juga untuk mengembangkan kemampuan merumuskan
generalisasi sesuai dengan kemampuan berpikir siswa. Tugas guru di kelas untuk
mengembangkannya dalam kegiatan belajar mengajar disesuaikan dengan situasi dan
kondisi lingkungan serta kemampuannya. Guru-guru dituntut kreativitasnya dalam
mencari dan mengolah sumber belajar agar kegiatan belajar mengajar yang
dikelolanya berjalan lancar.
C.
KETERAMPILAN PEMBELAJARAN
Secara umum
keterampilan belajar menitikberatkan pada strategipembelajaran untuk membantu
peserta didik menjadi lebih baik dan lebih mandiri dalam belajar. Peserta didik
akan belajar bagaimana mengembangkan dan menerapkan belajar, keterampilan manajemen
pribadi, dan interpersonal dan keterampilan kerja sama tim untuk meningkatkan
pembelajaran dan prestasi di sekolah. Program pembelajaran ini membantu siswa
untuk membangun kepercayaan diri dan motivasi untuk mengejar peluang untuk
sukses di sekolah menengah dan jenjang pendidikan selanjutnya.
1.
Perencanaan
proses penyusunan materi pelajaran
penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran
dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran.
2.
Pengajaran Langsung
Model
pengajaran langsung (direct instruction) secara empirik dilandasi oleh teori
belajar yang berasal dari rumpun perilaku (behavior family). Teori belajar
perilaku menekankan pada perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang dapat
diobservasi. Menurut teori ini, belajar bergantung pada pengalaman termasuk
pemberian umpan balik dari lingkungan. Prinsip penggunaan teori perilaku ini
dalam belajar adalah pemberian penguatan yang akan meningkatkan perilaku yang
diharapkan. Penguatan melalui umpan balik kepada siswa merupakan dasar praktis
penggunaan teori ini dalam pembelajaran.
3.
Memberikan Pertanyaan
Pada hakikatnya melalui bertanya
kita akan mengetahui dan mendapatkan informasi tentang apa saja yang ingin kita
ketahui. Dikaitkan dengan proses pembelajaran maka kegiatan bertanya jawab
antara guru dan siswa, atara siswa ini menunjukan adanya ineraksi dikelas yang
di dinamis dan multi arah. Kegiatan bertanya akan lebih efektif bila pertanyaan
yang diajukan cukup berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang
dibicarakan. Tujuan guru mengajukan pertanyaan antara lain adalah :
1.
Menimbulkan
rasa keingintahuan
2.
Merangsang
fungsi berpikir
3.
Mengembangkan
keterampilan berpikir
4.
Memfokuskan
perhatian siswa
5.
Mendiagnosis
kesulitan belajar siswa
6.
Menkomunikasikan
harapan yang diinginkan oleh guru dari siswanya
7.
Merangsang
terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian terhadap gagasan dan terapan
siswa sebagai subjek didik.
Keterampilan bertanya ini mutlak
harus dikuasai oleh guru baik itu guru pemula maupun yang sudah profesional
karena dengan mengajukan pertanyaan baik guru maupun siswa akan mendapatkan
umpan balik dari materi serta juga dapat menggugah perhatian siswa atau peserta
didik. Komponen-komponen dan prinsip-prinsip dalam ketrampilan bertanya: Bertanya
Dasar dan Bertanya Lanjut, Teknik Bertanya, Jenis pertanyaan.
4.
Ekspositori
Menekankan pada penyampaian informasi yang disampaikan
sumber belajar kepada warga belajar. Melalui pendekatan ini sumber belajar
dapat menyampaikan materi sampai tuntas. Expository lebih tepat digunakan apabila jenis bahan belajar yang bersifat
informatif yaitu berupa konsep-konsep dan prinsip dasar yang perlu
difahami warga belajar secara pasti. Pendekatan ini juga tepat digunakan
apabila jumlah warga belajar dalam kegiatan belajar itu relatif banyak.
Keuntungan dari penggunaa Expository adalah sumber
belajar dapat menyampaikan bahan belajar sampai tuntas sesuai dengan rencana
yang sudah ditentukan, bahan belajar
yang diperoleh warga belajarnya sifatnya seragam yaitu diperoleh dari satu
sumber, melatih warga belajar untuk
menangkap, manafsirkan materi yang disampaikan oleh sumber belajar, target
materi pembelajaran yang perlu disampaikan mudah tercapai, dapat diikuti oleh
warga belajar dalam jumlah relatif banyak.
5. Keterampilan Demonstrasi
Penyajian pelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang
sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Dengan metode
demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan berkesan secara
mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.
6.
Evaluasi Pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, evaluasi menempati
kedudukan yang penting dan merupakan bagian utuh dari proses dan tahapan
kegiatan pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi, guru dapat mengukur tingkat
keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukannya, pada tiap kali pertemuan,
setiap caturwulan, setiap semester, setiap tahun , bahkan selama berada pada
satuan pendidikan tertentu. Dengan demikian setiap kali membahas proses
pembelajaran, maka berarti kita juga membahas tentang evaluasi, karena evaluasi
inklusif di dalam proses pembelajaran.
Mengacu
pada asumsi bahwa pembelajaran merupakan sistem yang terdiri atas beberapa
unsur, yaitu masukan, proses dan keluaran/hasil; maka terdapat evaluasi sesuai
dengan sasaran evaluasi pembelajaran, yaitu evaluasi masukan, proses dan
keluaran/hasil pembelajaran. Evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada
evaluasi karakteristik peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan
prasarana pembelajaran, karakteristik dan kesiapan dosen, kurikulum dan materi
pembelajaran, strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata kuliah, serta
keadaan lingkungan dimana pembelajaran berlangsung.
Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada evalusi pengelolaan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan strategi
pembelajaran yang dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, cara mengajar
yang dilaksanakan, dan minat, sikap serta cara belajar mahasiswa. Evaluasi
hasil pembelajaran atau evaluasi hasil belajar antara lain mengguakan tes untuk
melakukan pengukuran hasil belajar sebagai prestasi belajar, dalam hal ini
adalah penguasaan kompetensi oleh setiap mahasiswa. Terkait dengan ketiga jenis
evaluasi pembelajaran tersebut, dalam praktek pembelajaran secara umum
pelaksanaan evaluasi pembelajaran menekankan pada evaluasi proses pembelajaran
atau evaluasi manajerial, dan evaluasi hasil belajar atau evaluasi substansial.
Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran kedua
jenis evaluasi tersebut merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat
penting. Evaluasi kedua jenis komponen yang dapat dipergunakan untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan pelaksanaan dan hasil pembelajaran. Selanjutnya masukan
tersebut pada gilirannya dipergunakan sebagai bahan dan dasar memperbaiki
kualitas proses pembelajaran menuju ke perbaikan kualitas hasil pembelajaran.
Jika membahas tentang evaluasi, kita akan
menemukan beberapa pandangan tentang evaluasi, baik berkenaan dengan konsep,
prinsip maupun tujuannya. Diantaranya juga terdapat beberapa aktivitas atau
istilah yang berkaitan dengan evaluasi, seperti pengukuran, dan testing.
Wiersma dan Jurs berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses yang
mencakup pengukuran dan juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan
tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto yang menyatakan
bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Kedua pendapat tersebut
menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran
dan testing.
REFERENSI:
0 Response to "[BPIK] Model,Strategi,Metode dan keterampilan Pembelajaran"
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar anda dengan memberi saran yang membangun.